Senin, 04 Maret 2013

KISAH INI (TAK) BERAKHIR DISINI



David masih tak bisa dihubungi, sudah dua minggu setelah komunikasi terakhirku dengannya. banyak orang yang mengira aku akan galau, tapi tidak..aku sudah sangat terbiasa dengan rasa yang bernama kehilangan.
Lagipula bukan pertamakalinya, David sudah dua kali menghilang sebelumnya.
pertama tahun 2007 setelah dia melanjutkan kuliahnya ke Australia, Laki laki ini menghilang selama lima tahun.
Meninggalkan Medan dan anak anak asuhnya ketika itu....
Apa khabar Riska dan teman temannya saat ini?, aku juga sudah tidak tahu.
Si "kadal" itu juga tidak pernah cerita...
Hehehe..aku sudah lama sekali tidak menggunakan istilah itu, kadang aku suka menggodanya dengan memanggilnya dengan nama bapaknya, A Sun, David akan melotot lucu, tapi tidak menakutkan..
Aku masih sering berkomunikasi dengan sahabatnya, Hendrik Lie. laki laki itu sudah bangkit dari keterpurukannya, mulai bangkit lagi ekonominya sebagai seorang Pialang saham.
Masih suka bertanya tentang David, aku mulai gerah....
Oh ya, kenapa aku menyebutnya kadal?, itu karena dari zaman "baheula", cowok oriental yang wajahnya innocent ini paling jago merayu cewek, gombalin dan rata rata jatuh dalam pesonanya.
hingga kami bertemu tahun 2004 dan menjadi satu teamwork, "playboy"nya tetap tidak hilang.
Aku tertawa ngakak waktu Hendrik cerita di kosannya, di Cibubur.
"Kamu gimana sama David, Mey?",
"Lagi gak komunikasi, semenjak dia sakit kemarin, menghindar..".balasku nyantai.
"Masa?, tapi jujur gw salut sama lu..!!".
"Haahh, napa salut?," Sedikit geer..hihihi,seumur umur belum pernah ada orang yang salut sama cewek sekacau aku hehe..
"Iya, kayaknya lu doang yang bisa naklukin David, soalnya gw ga pernah dia dengar  punya cewek..kalau "cemceman" sih banyak, tau sendiri kan David itu anak pengusaha kaya, duit bokapnya ga ada serinya..". Hendrik dengan nada santai.
"Ah, ngga tau juga..".
"David pernah ngajak nikah nggak?", Hendrik serius.
"Nggak tau..", dengan nada tersipu, hubunganku dengan David belum seserius itu.
"Lho, ingat umur Mey, udah saatnya desak David..hahah", Hendrik ngeledek.
"Ah..lu mah..", aku tersipu.
"Kamu mau aku kasih tau satu aibnya David ga?", Hendrik serius.
"Apa...", serius
"Dia tuh suka banget nonton film porno..".
Aku ngakak ", Ga usah diceritain juga udah tau, David udah ngaku sendiri..".
"Lu ngga takut sama dia?", Hendrik dengan nada penasaran.
"Nggak, orang "udah" sama dia...", aku memasang wajah serius meski dalam hati asli pengen ketawa, kadang kadang di situasi seperti ini, jahilku bisa melebihi sang "suhu" :-).
"Serius?, lu udah sama dia?", Hendrik setengah tidak percaya.
"Udah...", dengan senyum tertahan dan wajah sangat serius.
"Ah...", berkali kali memandangiku dengan tajam
"Tanya aja sama David kalau nggak percaya..", Asli dalam hati aku hampir tidak bisa menahan tawa.
"Dimana..?", Kalau aku tidak kenal baik Hendrik mungkin aku tidak akan sejahil ini, tapi aku ingin "ngerjain" sekali sekali..hehe
"Tanya David dong, masa tanya aku, ga surprise ntar?".

Masalahku banyak, rasanya tumpukan masalah ini membuat kepalaku mau pecah, benang merahnya berkaitan satu sama lain.
terutama masalah kerjaan, terkadang idealismeku menjadi pemicu...
Kembali lagi aku jadi teringat David, rasanya aku butuh suntikan semangat dari makhluk bengal itu, walau kadang kadang dia tidak serius, tapi dia selalu punya selusin solusi unik untuk menyelesaikan masalah masalah yang sedang kuhadapi.
seperti ketika aku memilih untuk resign karena masalah prinsip, dengan santainya dia merespon segala ocehanku,
Mey_Prayer : Lagi kesal nih...
  Sugianto_D: Kenapa lagi?
  Mey_Prayer: Aku ga suka suasana dikantor, nyebelin, aku malas sekarang, aku mau resign
  Sugianto_D: Lalu..?
  Mey_Prayer: Ya aku mau resign, aku mau berhenti, aku sudah ngga sesuai dengan prinsipku yang sekarang
  Sugianto_D: Dari dulu aku bilang, jangan terlalu idealis, fleksibel dikitlah, kalau bos "ngulah" ikutin aja, ntar nyesal lho nggak makan, paling tidak sampai punya duit dulu
  Mey_Prayer: Nah itu dia, aku sudah ngga tahan
  Sugianto_D: manja ngga akan membalikkan keadaan, kamu kalau mau fight harus punya duit, gak bisa makan idealisme kamu itu, idealisme tapi perut lapar sama juga bohong
  Mey_Prayer: Jadi gimana dong?
  Sugianto_D: Ya mikir, punya otak kan kamu?
aku mikir sejenak...
  Mey_Prayer: Aku bingung harus gimana, kamu tahu sendiri kan aku selalu gonta ganti kerjaan..
  Sugianto_D: Itu bukan urusanku, kalau nggak pecat aja bosmu itu..
  Mey_Prayer: Gila...
  Sugianto_D: Serius, maksudku bukan pecat beneran, maksudku hilangkan mindsetmu bahwa kamu benar benar ketergantungan pada bosmu dan kerjaanmu, hilangkan stigma bahwa kamu ngga bisa hidup tanpa kerjaan ini, kamu kan bisa nulis, bebaskan dirimu. idealis boleh, tapi idealis yang pake "otak", kamu kalau mau jadi orang besar, butuh modal, untuk jadi orang idealis juga butuh uang, jangan jadi orang idealis tapi lapar, kalau mau jadi idealis yang kaya, jadi kamu nantinya kalau mau bantu orang benar benar pure bisa bantu, memangnya om mario teguh?, bantu pake kata kata doang?, memangnya orang bisa kenyang dikasih kata kata?.
  Mey_Prayer: Terus aku jadi resign nggak menurutmu?
  Sugianto_D: Bodo...mikir aja sendiri...
Aku benar benar mengeluarkan airmataku sepuasnya, David istimewa. dia bukan kekasih yang hanya bisa mengucapkan kata kata romantis, jarang kata kata yang meneduhkan terucap dari bibirnya, tapi laki laki ini punya cara tersendiri melindungiku, seperti itu dari dulu.
Mungkin satu satunya, bahkan dibanding cinta pertamaku selama delapan tahun, aku barangkali yang tidak menyadarinya..but he really special.
Mungkin dia playboy, suka slenge'an, tapi sangat loyal dalam berteman.
Aku sangat merindukannya...sangat...
Aku berharap hujan deras datang sore ini, agar aku tak punya alasan untuk menghapus airmataku yang makin mengalir deras.
Laki laki itu benar benar menghilang..

Photo didinding kamar seolah meledekku, senyumannya seolah mengejek. "Mana, Mey yang tangguh?", aku menarik photo itu dan memakinya.
"Sialan, kamu ngga bisa merusak hariku..!!", ingin meremasnya dan membuang ke tong sampah tapi nggak tega. akhirnya kubiarkan saja.
aku membuka laptop dan larut dalam goresan kata kata yang kutulis jadi rangkaian fiksi, benar benar fokus...
aku benar benar membuang bayangan David dari otakku kini, sudah mulai terbiasa.
Mama menelponku "Si anu mau menikah", aku mendesah nafas panjang, sudah hafal arahnya akan kemana.
"Mama tidak terlalu suka kalau kamu nggak sama orang batak".
Dalam hati "Saya juga mama...", aku masih ingat betapa berjuangnya aku dari dulu mencari sosok ideal pria batak seperti keinginan mama, aku sebenarnya sangat memahami alasan klasik itu. karena aku boru sasada dan juga boru panggoaran.
"Jadi kapan, kasihlah mama harapan, jangan main main lagi..". mamaku terdengar sangat berharap.
Aku menghembuskan nafas panjang panjang, seolah berharap kegundahanku bisa berlalu lewat tarikan nafas panjangku.
 "Mama, aku nggak pernah bermain main dengan siapapun, kalau toh aku belum bisa menikah sampai sekarang itu karena Tuhan memang belum kasih jalan kearah sana..", aku tahu alasanku basi, tapi aku tidak punya pilihan.
aku melanjutkan tulisanku begitu mama selesai menelpon, "Aku juga ingin menyenangkanmu mama, tapi maaf belum untuk bagian yang satu ini..".
ada beberapa sms masuk dan telepon, tapi aku tak bergairah mengangkat ataupun membalas, andai itu dari David..ah, kenapa makhluk itu harus muncul untuk kedua kalinya dalam hidupku, coba dia tidak pernah muncul...rasanya sakiiit.
"MyDavid" calling, aku seperti bermimpi, tanganku sampai gemetar hampir tidak percaya.
"David?, ini beneran kamu?".
"Iya, jelek....", suaranya santai, seolah tidak sedang melakukan sesuatu yang membuat orang tercabik cabik.
emosiku naik turun.
"Kenapa muncul, kenapa nggak mati aja sekalian..", duh..rasanya ingin menangis lagi.
"Hah, pacar sendiri dikatain, parahhh..", tertawa
"Eh..monyet, amnesia yah...katanya jadi teman aja..", aku menggoda tapi bahagia.
"Kapan pulang Lek..", sambungku.
"Lek?, nama panjangku perasaan ga ada lek nya..", David bingung
"Jelek..!!", aku mulai stabil. duhh kangennya.
"Mey, minggu depan aku balik, kita jalan yah?", David serius
"Nggak berani berharap lagi, kamu sudah bohong berapa kali..", aku juga serius.
"Kali ini serius honey, aku ga akan ngecewain kamu lagi..". janji David, aku hanya mengiyakan.

David benar benar menepati janjinya, meskipun tidak bisa aku jemput di Bandara.
Ketemuan di MOI, lebih kurus dari yang terakhir aku temui, pasti karena sakit kemarin.
"I love you..", senyumnya manis.
"Bohong..", aku menggodanya. "Jangan ngajak berantem deh, waktu kita singkat..".
"Hmm..mau makan atau mau nonton?". tanyanya serius.
"Bercinta..wkwk..", aku menggodanya.
"Sialan, jangan mancing mancing dong, ntar diseriusin ada yang kabur..", David sewot.
"Hahah, aku cerita sama Hendrik, kamu suka godain aku begitu, dia ngakak banget, dia cerita ke aku semua aibmu...", aku tertawa geli.
"Sialan lu Mey, ngapain ngaku ngaku kita udah pernah bercinta, bercinta dari hongkong?, kalau kamu mau sih nggak apa apa..haha.."goda David
"Hehehe, iya, aku kerjain Hendrik..".
"That's why you so special, my angelfire girl..kalau lagi galak menakutkan, tapi kalau lagi baik, benar benar kayak angel..".puji David
"Yeah, that's the real me..", aku memuji diriku sendiri.
"Jadi kita ke Solo?", David menagih janji.
"Aku nggak bisa hun, soalnya ada beberapa kerjaan..".
"Yeah, tunggu waktu yang tepat aja..". David mengalah.
"Vid..?"
"Iya, dear..!!"
"Btw yang kemarin itu sakit apa sih?", aku tidak dapat menyembunyikan rasa penasaranku.
David menggenggam tanganku, "I am ok, sudah sembuh kok..", aku hanya tersenyum lega. mungkin ada hal hal yang memang tidak perlu aku tahu.
 aku belum sempat membuka buka email, tiba tiba aku tertarik membuka email yang sudah lama tidak aku baca, eh..ada email dari Jimmy.
"Dear Mey...
Aku ingin cerita sesuatu, menurut cerita dokter yang terakhir David menderita HIV, hasil test darahnya positif menunjukkan itu. aku sahabat baik David, tapi aku juga tidak mau kamu jadi korban dari masa lalu David, yeah..David dulunya senang have fun, sebelum ketemu dengan kamu lagi. but he really fallen love with you, dia bahkan bilang padaku, satu satunya cewek yang ga berani dia sentuh adalah kamu..".
Aku terpana didepan laptop, aku bingung..
"Jadi separah itu?"
Aku terbengong lama, David...harusnya dari awal aku tahu langkah yang salah jatuh cinta pada orang ini. aku tahu dia punya segalanya, dia kaya, punya karir mapan, tapi aku tidak akan merusak hidupku dengan mencintai orang seperti dia..sebrengsek dia. harusnya aku sadari itu, sekali playboy tetap akan playboy.
seperti biasa aku menghubungi Hendrik Lie
"Pantes..".
"Ada apa Mey?".
"Pantes ngga ada yang berani jujur soal kondisinya David, ternyata HIV..HIV drik..", tangisku pecah.
"Mey, sabar dulu, udah tanya David belum?".
"Ngapain..", aku meradang
"Aku ngga akan tertipu lagi sama dia, aku benci...".
"Mey, aku tahu banget, itu cuma masa lalu David, dia sendiri kok yang cerita ke aku, setelah ketemu kamu, dia banyak berubah, dia kesepian Mey, dia mengalami krisis identitas, aku tahu semua kisah kehidupan keluarganya, dia sendirian kalau ngga ada kamu..", Hendrik mencoba menenangkanku.
Mungkin karena dengar dari Hendrik, David mengajakku ketemuan di sebuah rumah makan.
Menunjukkan sebuah surat, "Mungkin kamu bisa nuduh aku, atau Hendrik atau Jimmy bohong, tapi selembar kertas ini ngga akan bisa direkayasa, aku nggak kena HIV, aku memang pernah nakal, tapi itu masa lalu aku,sekarang aku nanya "do i really asked you seriously?, about making love?", menatap wajahku tajam. aku menggeleng kepala kaku.
"Aku hanya becanda Mey, tapi itu nggak bisa diubah, that's me, like you always said "that's the real me", aku memang senang bermain main diranah itu, but am normal, aku laki laki..".
Aku hanya terdiam.
"Maukah kamu percaya padaku?, will you do that for me?, please?". David tajam.
"I'll accompany you to my mom, am serious", David tanpa meminta persetujuanku langsung menggenggam tanganku.

Ibunya David tinggal sendirian, tidak bercerai, namun hidup terpisah dari ayahnya. Ibunya David tinggal di Jakarta, sementara ayahnya David tetap mengurusi kerajaan bisnisnya di Tasikmalaya.
Hanya sedikit kalimat yang diucapkan perempuan paruh baya itu, namun cukup membuatku berfikir untuk mundur.
"Aku tidak akan pernah melarang David dan anak anakku yang lain berpasangan dengan siapapun, buat ibu tidak harus kaya yang penting bisa membuat anak anak bahagia, tapi akan sangat berbeda kalau kau menghadapi ayahnya David, dia sangat selektif..dia akan menolakmu mati matian kalau kau datang dengan keadaan begini..", aku hanya terdiam, David mencoba menenangkanku.
""It's ok mam, aku sudah banyak cerita pada Mey..".
Sepulang dari rumah ibunya, aku banyak terdiam.
"Jadi ini alasannya mengapa kau selalu menekankanku untuk menjadi orang kaya..".
rasanya miris membayangkan kisah cintaku mirip sinetron dimana ada jurang yang sangat lebar antara si miskin dan si kaya.
tapi aku tidak ingin menangis kali ini, "Kamu akan menyerah karena ini?", David menatap mataku.
"Apa kau ingin aku menyerah?".
"Tentu saja tidak...".
"Dalam hati aku berkata "Aku juga tidak, tentu saja aku tak berharap kisah ini berakhir disini, kami masih punya waktu berjuang..".
Aku memandang wajah David sambil tersenyum.
"Kita sudah sejauh ini, aku tidak akan menyerah, kecuali kalau Tuhan yang memang tidak menginginkan kita berjodoh..".
David menggenggam tanganku, menuju kearah matahari tenggelam. kami ingin menikmati surya hingga kembali ke peraduan.