Selasa, 26 Februari 2013

HEART WON'T LIE

Matahari masih bersinar tersipu, belum mau menampakkan seutuhnya kecantikannya. Sepagi ini, Alisa sudah terlihat sangat berantakan, tepatnya repot mempersiapkan sesuatu yang istimewa. Dave hari ini pulang dari negeri kangguru, hari ini "pangeran berkuda putihnya" tiba ditanah air. Dave pasti suka, dengan cake strawberry buatannya. cowok blasteran china indonesia itu jadi suka segala sesuatu yang berhubungan dengan strawberry sejak kenal dirinya. Bahkan ada satu kalimat Dave yang bikin dirinya suka geer, "Kamu tau nggak hun, kamu selalu ingetin aku sama jus strawberry ini, biarpun rasanya asem, kadang kadang, tapi tetap bikin kangen..", Huaahaha "prince antah berantah-nya" itu paling bisa memang bikin "melting", meleleh... Dave cowok romantis, dan sangat perfeksionis, menurut Alis, hmm..cewek unik ini selalu menyebut dirinya "Alis", bukan Lisa atau Alisa, menurutnya Alis itu punya filosofy sendiri, katanya alis tidak pernah terlalu diperhitungkan, tidak dianggap punya peran penting, tapi percaya deh kamu juga ngga akan pernah terlihat "sempurna" tanpa makhluk yang bertengger diatas mata itu..heheh, bisaa aja. Tapi mama tidak suka Dave, karena itulah sampai sekarang, sudah setahun lebih, Alisa menjalani hubungannya backstreet, nyaris tanpa dukungan. Alasan mama, selayaknya alasan orangtua batak konvensional pada umumnya..karena Alisa "boru sasada", alias putri satu satunya, jadi selayaknya berhak dapat pria batak juga, penerus marga buat keluarga kelak setelah menikah. Tadinya mama, sudah sempat "hampir" setuju, karena merasa putri kesayangannya itu "mentok" karena sudah tidak ada calon lain.. Namun akhir akhir ini aura mama berbinar beda, tapi naas buat hubungan Alisa dengan Dave.. Seminggu kemarin, tante Romauli datang kerumah, mengenalkan cowok ganteng umur 36 tahun, lulusan S2 Melbourne, dokter spesialis kulit yang baru saja balik dari Australia, mau dijodohkan dengan Alisa. Alisa kontan meradang, Alisa sudah kadung cinta mati sama Dave, yang baginya pangeran. sempat mogok makan tapi mama tidak pernah membujuk samasekali, sama sama keras kepala. pokoknya mama maunya Alisa berjodoh sama dokter spesialis yang marga Siagian itu. titik. Alisa juga maunya sama Dave. titik juga.. Tapi yang rugi Alisa kalau tidak makan, nggak bisa juga kabur cari makanan diluar, atm ditahan si mama. uangnya cuma cukup buat "kabur" ke Bandara, demi si cinta..lapar deh lapar, asal bisa ketemu Dave. Mama dibuat kagum dengan "kerajinan" putri manjanya yang biasa pemalas ini... Kemarin mama sempat mengintip dari balik jendela waktu si dokter ngobrol sama Alisa, Alisa ketawa ketawa gitu, berarti udah mulai ada chemistry nih..amiiin..doa mama dalam hati. Padahal mama salah lihat, yang ketawa sendiri itu pak dokternya, Alisa manyun aja...gariiing. "Wah, anak mama, buat apa nih, cake strawberry?, tau aja Poltak suka lho strawberry?". "Haahh..suu..suka ma?" Alisa kaget "Iya, kan dia punya kebun strawberry luas tuh di Lembang, cocok deh sama kamu, kamu kan doyan banget sama strawberry?". mama tersenyum polos. Alisa hanya terdiam. "Eh ma, buru buru nih, Alis berangkat dulu..".Alisa kabur. "Kerumah Poltak yah sayang, salam buat mamanya...". "Kerumah Pitak...boodoo amat" dalam hati Alis geli. Alisa tergopoh gopoh tiba di Bandara, pangerannya sudah celingukan..."Sayaaang....", Alisa menghambur, Dave tersenyum lebar. "Apa khabar princess strawberry ku?", "Baiik pangeran antah berantah..", padahal nggak ada hubungannya, Dave hafal dengan kesukaan gadisnya tentang segala sesuatu yang berbau strawberry, sementara Alisa nyebut asal aja, masalahnya Dave nggak ada "antah berantahnya" samasekali, laki laki tionghoa itu justru sangat perfect dan klimis, rapih. "I miss you", Dave mencium keningnya, Alisa cuma nyengir bahagia. "Ada khabar apa di Indonesia?" "Khabar yang mana dulu, ada Khabar Anas Urbaningrum yang mau di gantung di Monas, ada khabar Partai "kecolongan" sapi, mau yang mana?" "Hmm..dasar Jurnalis", Dave ngeledek. "Now..apakabar mister direktur?". Dave di usia 28 tahun sudah memulai bisnis konstruksinya sendiri, dikembangkan di Melbourne, dan buka cabang di Indonesia. "Kan sudah bilang, khabar lainnya really miss you badly, cewek unik..!!". Alisa menggenggam tangan Dave hangat, baru saja hendak membuka tasnya, Hp nya berbunyi "Alisa, katanya mau ke rumah bawa cake strawberry..nantulang yang bilang". Wajah Alisa berubah mendung "Ini kan buat Dave, bukan buat Poltak?" "Ada apa hun?", Dave menangkap perubahan diwajah Alisa. "Sayang, nanti malam aja kita ketemuan yah..aku harus pulang, mama mau ngajakin ketempat amangboru..",alasan Alisa ngasal. baru juga ketemu sebentar. Dave mengelus rambutnya maklum. Sampai dirumahnya Pitak eh Poltak maksudnya... ternyata nggak ada siapa siapa, ruangan luas dan megah itu terasa panas buat Alisa, padahal AC ada dimana mana. "Mau lihat kamarku nggak?, Poltak mengajak Alisa ramah, Alisa bergidik, dirumah mereka cuma berdua, takut diperkosa..kan lagi banyak kejadian dimana mana. "Tenang aja, kamu aman kok, aku ngga akan ngapa ngapain kamu..", seolah bisa baca pikiran Alisa. Ruangan Poltak sangat keren, ada poster One Direction dan Bruno Mars sangat besar, perpustakaan mini yang bisa memuat ribuan buku, ruang baca yang langsung tembus melihat kolam renang, TV ukuran 29 inci, Alisa mengamati seluruh dekor ruang dengan kagum "Nah, tenang aja, kamu lihat sendiri kan ruangan ini tembusnya keluar, jadi kamu ngga akan kenapa napa..haha"Poltak tersenyum renyah. "Eh, ini cake strawberrynya."menawarkan pada Poltak, mulai berusaha tulus. "Hmm..enak banget.."Poltak memuji, Alisa tersenyum, suasana mulai mencair. Ternyata Poltak orangnya sangat menarik, wawasannya luas, humoris, dan sebenarnya ganteng sih kalau makin diliat liat, cowok "sekeren" ini masa sih belum pernah punya cewek?, apa dia terlalu sibuk belajar?, tapi kelihatannya tidak. Poltak bukan pribadi yang kaku "cair" malah, dalam arti dia tipe yang bisa dengan cepat membuat orang lain menyukainya..hmm.. Mama yang gak sabaran "Gimana nang, sama Poltak?, cocok kamu rasa?". Alisa hanya diam, jujur hatinya mulai gak bisa diajak "kompromi", come on Lis, Dave masih di Jakarta, masa mau selingkuh?, sebelah hatinya mengajak berfikir realistis. Hpnya berbunyi "Poltak". "Lis, sibuk gak, temenin aku beli mobil yah?". "Haah.." "Siapa?", mama nyeletuk tiba tiba, muka mama pasti langsung masam kalau itu mengenai Dave. "Ini mah, Poltak, ngajakin beli mobil..", wajah mama langsung berbinar senang, berbunga bunga. "Ya udah, mau aja, siapa tau Poltak mau beli buat kamu juga", Hiii..mama seram juga, mikirnya kejauhan. "Ah, si mama, matrenya kambuh lagi..", Alisa ngedumel, ganti baju. setelah mandi, Dave yang telepon "Sayang, sibuk gak?, ntar malam candle light dinner yuk..". Alisa mengiyakan saja buru buru. Ternyata acara beli mobil berlanjut sampai ke cari klinik baru buat Poltak, ketemu teman teman lamanya, Poltak pribadi yang sangat hangat dan dikagumi kolega koleganya. Alisa mulai bimbang dengan perasaannya. "Dave, yang china dan sudah dipacarinya setahun ataukah Poltak yang sama sama batak dan terlihat humble, sangat baik?". tidak mungkin minta pendapat mama, mama pasti akan seratus persen mendukung dirinya dengan Poltak. Dan candle light dinnerpun terlewatkan..... Alisa berubah jadi pemurung, saat bersama Dave dia merasa merindukan Poltak, namun sebaliknya saat bersama dengan Poltak dia merasa bersalah telah menghianati kepercayaan Dave. keduanya mulai punya arti penting dalam hidupnya. Dave sedang sibuk meeting dikantornya, sementara Poltak sedang dinas di rumah sakit, tiba tiba Alisa teringat dengan seorang bocah mungil yang sedang terbaring dirumah sakit tempat dokter Poltak praktek. sebelum sampai ke dalam ruangan, Alisa bertemu dengan seorang ibu hamil yang sedang kesulitan membawa barang barangnya. Alisa membantu.. "Makasih dik..", Ibu tersebut tersenyum manis. "Sama sama bu, mau periksa?" "Iya, suami saya sibuk terus, jadi saya kemana mana harus sendiri..", Ibu itu terlihat parlente tapi tidak bahagia, Alisa bisa merasakan luka yang dalam pada sorot mata itu. "Suami ibu kemana?", Alisa bertanya hati hati. "Panjang ceritanya dik, yang jelas wanitanya bukan hanya saya, saya hanya korban kesekian, hati hati memilih pasangan, selidiki dulu sampai sedalam dalamnya, supaya jangan salah pilih, terkadang yang kelihatan santun dan religius itu, belum tentu itu yang sebenarnya, bisa jadi itu cuma cover..", kata kata itu sangat menusuk hati Alisa, dia tidak jadi ke rumah sakit. menenangkan diri di taman. entah mengapa kata kata itu terngiang hingga berulangkali, seperti menyindirnya halus. tentang Dave dan Poltak, bayangan mereka berdua berkali kali. Tiba tiba teringat sesuatu... Astaga...candle light dinner tempohari, Alisa lupa... "Daveee...i am sorry..", berlari sambil menangis, menuju kantor Dave, cowok itu masih meeting hingga menjelang tengah malam. Alisa sabar menunggu.. Dave terkejut melihat Alisa yang lusuh didepan ruangannya, tersenyum bijak. "Kok tumben?" Alisa yang tidak melihat sinar kemarahan sedikitpun diwajah lelaki itu semakin tidak mampu menyembunyikan rasa bersalahnya. "I'm sorry honey, i love you..", memeluk Dave erat. "I know.." "You know what?" "About the doctor, but i know your heart wont lie, kalau sudah saatnya kamu pulang kamu akan pulang ke hatiku..",mencium kening Alisa lembut. Airmata Alisa membasah ", Lihat lelaki ini mama, bukan harus batak, dia tahu bagaimana caranya menjaga dan mencintai putrimu..", dalam hati Alisa. Seminggu kemudian... Alisa mendengar khabar yang sangat mengejutkan, ternyata Poltak sudah memiliki istri diluar sepengetahuan keluarganya, ditambah lagi laki laki ini ternyata sering memoroti cewek cewek tajir, dan hari ini sudah digelandang ke kantor polisi. Ah..untung hatinya memilih Dave, hati memang tak pernah bohong. dan untuk pertamakalinya mama menatap Dave, cowok chinanya...penuh rasa sayang. "I love you prince..", bisiknya lembut. "I love you too, princess strawberry..", balas Dave lembut.

Senin, 18 Februari 2013

I LOVE YOU, KAK

Radar sekilas membaca Mayang di fb, cewek itu yang biasanya jarang mengeluh terlihat mencurahkan "kegalauannya" di fesbuk, samar sih. tapi Radar mengerti artinya.
gadis itu berubah akhir akhir ini, Radar mencoba bertanya lewat message fesbuk
"Kenapa?".
Mayang tidak menjawab. "Ada masalah..?", sekali lagi Radar dilanda penasaran.
Lama baru ada balasan "Enggak Dar, enggak ada apa apa...".
Radar tidak percaya, gadis itu pasti ada apa apanya...seperti namanya "radarnya" seolah memberi sinyal buruk.
"May..?", tidak sampai setengah jam sudah ada didepan kamar gadis itu. Mayang memandangnya dengan wajah kosong.
"Wajahmu pucat..", tangannya menyentuh lembut dahi Mayang, gadis yang tujuh tahun berada diatasnya.
Dulu pertama sekali bertemu, Radar samasekali tak menyangka Mayang sudah berusia 29 tahun, wajahnya imut imut, mirip Marsha Timothy, sempat menggoda gadis itu.
Mayang juga tidak terlihat melarang, sudah biasa digoda lelaki ingusan.
Mayang hanya membalikkan badan, wajahnya memang terasa hangat. Radar mengompres badan Mayang yang hangat.
"Kamu lagi ada masalah yah". Dalam hati Mayang tersenyum, laki laki itu terlihat jauh lebih tua dibanding usianya yang sesungguhnya kalau sudah berbuat demikian.
"Nggak..".demikian
"Bohong..", bunyi Hp Radar bunyi, sekilas ada gurat kekecewaan diwajahnya.
"Dari Rani yah..", Rani kekasihnya Radar
"Iya, katanya suruh jemput ke tempat les..", Mayang tergolek lemah sambil tersenyum. "Ya sudah, jemput Rani sana...ntar kelamaan lho". Radar agak berat hati "Kamu gimana?". Mayang menggenggam tangan Radar lembut, "Aku kayak udah mau mati aja, cuma demam dikit kok gara gara lembur..", Radar menyentuh rambut Mayang sekilas "Jangan banyak pikiran, cepat sembuh kak..". Mayang tersenyum geli..panggilan "Kak" itu tidak biasa dilakukan oleh Radar..hmm..
Mayang kembali tertidur...

"Kok lama sih.." Rani terlihat menggerutu
"Sorry macet..", Radar dengan nada datar. "Kita makan dulu?", Rani mengajak ke sebuah cafe, Radar mengekor. pandangannya kosong.
"Beib, lagi ada masalah ya, kok tumben?", Rani menggenggam tangan Radar.
"Hmm..nggak, nggak ada apa apa kok", berusaha tersenyum.
Radar bohong, dia sedang memikirkan Mayang, status galau Mayang di fb..ada apa dengan gadis itu, ada masalah apa dia, ingin rasanya melindunginya.
Radar tahu gadis itu tangguh, Mayang selalu mampu menghandle persoalannya sendiri, kali inipun Mayang pasti bisa melewatinya, anehnya ada sesuatu dalam hati Radar bergejolak, rindu ingin menjadi pahlawan gadis itu.

Sepeninggal Radar, Mayang memandang photo Radar dibalik bantalnya. photo waktu mereka liburan ke Trowulan, berdua.
hobby yang sama berpetualang dan kegiatan sosial, membuat mereka sering terkoneksi satu sama lain dan suka saling berbagi info.
ah...lelaki mahasiswa itu, masih bocah..tapi kadang terlihat begitu dewasa dan melindungi.
mereka sudah sering liburan bareng, ke Blitar, ke Jogja, ke Gunung Bromo, Radar tak pernah menolak diajak jalan kemanapun.
ada lagi photo mereka berdua di Solo, lucu, akrab...
Hp Mayang berdering, kantor
Mereka semua berkumpul di kantor, ini tentang Mayang. tentang kasus Mayang yang dituduh mencuri data data kantor, Mayang bersumpah tidak tahu apa apa, tapi tidak ada yang percaya. toh tidak ada bukti. komputer haknya sepenuhnya ada ditangan Mayang. gadis itu kelihatan sangat tertekan. ini fitnah yang sangat tidak bisa dibuktikannya.pak Dodo yang biasanya sangat mendukung dan percaya padanya berbalik memusuhinya juga.
dengan nada berat Mayang meminta surat pengunduran diri
"Hari ini aku resign, mengundurkan diri. meski sedih karena aku masih "meninggalkan piring kotor", tulisnya di fesbuk.
mungkin tidak ada yang terlihat istimewa dengan status itu, namun Radar sangat peka, Radar penasaran ada apa dengan gadis itu?.
Mayang tidak akan pernah mau cerita...

dua minggu kemudian...
Mayang disuruh kembali ke kantor, meski terheran heran Mayang tidak menolak dan tidak bertanya tanya, dihadapinya dengan tenang.
tidak ada penjelasan, semua berjalan normal, Pak Dodo juga kembali bersikap baik, kecuali Nora yang tiba tiba tidak berada dikantor..berhenti, padahal gadis itu yang paling ambisius untuk mencapai peningkatan karir dikantor.
ada apa?
Yang pertama ditelponnya adalah Radar, cuma cowok itu satu satunya yang bisa diajak cerita.
kadang Mayang merasa aneh, dengan Radar dia tidak merasa berbicara terhadap adik, tapi mirip kepada sahabat sendiri, mungkin karena Radar sangat dewasa.
Radar langsung datang, wajah Mayang sudah berbinar..
Radar tersenyum misterius, namun Mayang tidak memperhatikan. dia terlalu sibuk dengan kebahagiaannya.
"Masalah dikantormu sudah selesai kan?", Radar mengelus rambut Mayang. Mayang tersentak kaget, "Kok kamu tau?", "Tau orang aku yang urusin, hehehe..".
"Kamu..?" Mayang tersentak kaget
"Aku tau bukan kamu yang nyuri data data kantor, tapi temanmu yang ambisius bernama Nora..aku pura pura pacarin dia dan jelek jelekin kamu, sampai akhirnya dia tanpa sadar curhat tentang kamu..".
Mayang meneteskan airmata "Sampai segitunya kamu?, kenapa?", dua butir airmata menetes dipipinya.
"Kamu cewek yang paling ga peka yang pernah kutemui.., kamu tau kenapa, karena aku cinta sama kamu..", Radar tidak bisa lagi menahan perasaannya. Mayang makin kaget.
"Tapi aku kakakmu, aku lebih pantas jadi kakakmu Dar..jangan..",
"Lalu apa yang salah, hanya karena umur?", Radar sedikit kesal
"Dar, kita ngga hidup didunia luar, kita masih hidup dengan adat ketimuran, jangan..ngga boleh..", Mayang berontak dengan hatinya sendiri.
"Aku nggak akan maksa kamu Mayang, kelak aku yakin kalau Tuhan sudah mentakdirkan kita berjodoh, tanpa aku paksapun kamu akan milih aku..", Radar mencium kening Mayang pelan.
Mayang hanya terisak menangis.

Sabtu, 09 Februari 2013

NEEDING YOU



Fiuuuuhhhh…akhirnya selesai juga artikelku, tak habis habisnya aku mengagumi diriku sendiri. Ini baru keren…ini baru tulisan bagus…
Ah…rasanya baru kali ini aku bisa puas dengan hasil tulisanku, apa karena yang tertulis didalamnya adalah kompensasi dari perasaanku ya?.
... Oh ya, sebelumnya, aku bekerja disebuah perusahaan asuransi yang lumayan besar, aku juga menjadi penulis freelance dibeberapa media lokal, kadang kadang suka menulis novel.
Orang bilang aku skeptis dalam menghadapi hidup, kurang percaya diri…tapi ah…mereka tau apa?.
Aku biarkan mereka dengan pendapat mereka masing masing.
Aku memang cenderung sedikit menutup diri tapi bukan berarti introvert apalagi skeptis…itu bukan aku banget.
Aku malah sedikit narsis, aku selalu percaya aku adalah orang diciptakan Tuhan dengan kelebihan tertentu, meski orang tak bisa menilainya begitu.
Ah ya…mau tahu apa yang menjadi beban kepusinganku yang paling anyar saat ini?....
Ini dia sesuatu yang kalau boleh jujur, aku tak ingin memilih atau tepatnya berada diantara keadaan ini.Im single….you know what that mean?, buat cewek yang berumur hampir 30 seperti aku..that’s very bad things.
That’s a nightmare…..mimpi buruk..
Aku sebenarnya tak terlalu berfikiran seperti itu, buat aku mempunyai pasangan diatas 30 tahun masih merupakan hal yang wajar dan samasekali bukan mimpi buruk.Tapi mamaku tercinta, justru malah sudah panik duluan. Setiap kali ngobrol ditelepon atau via sms mama selalu bertanya “Kapan ku punya pacar?”.
Sebagian teman teman malah lebih ekstrim, ada yang menuduh aku patah hati dan trauma.
Hmm…patah hati jelas pernah, tapi itu cerita lama….
Oh ya tentang artikelku, aku menulis tentang alasan orang menunda pernikahan.
Dan jujur aku sangat puas dengan hasil karyaku sekali ini.
That’s the real me…
Aku ingin menikah karena memang itu pilihanku dan bukan karena aku sudah tidak punya pilihan lagi.
Ufss….aku menabrak seseorang didepan kantor Analisa.
Dia memakiku, lumayan ganteng sih…hehehe.
Aku pura pura tidak mendengar ocehannya dan menuju ke ruang redaksi yang biasa menerima hasil karyaku.
Setelah itu aku keluar dari ruangan dan mencari makanan..laperrr…..
Sehabis mengisi perut aku ke prudential, didaerah multatuli.
Aku menyapa Keira hangat, gadis cantik itu terlihat serasi dengan atasan biru dan jeans. Wajahnya yang putih tampak memikat, diam diam aku iri…pasti banyak yang naksir nih cewek.
“Ada case, Mey?”
“Ah..enggak, kangen aja kekantor..!” aku meraih kursi biru dan membuka layar komputer.
Membuka yahoo messenger….
“Ih, gak gaul, sekarang zamannya facebook neng?, masa masih yman?” Key meledek santai.
Aku senyum saja, emangnya gue pikirin?.
Aku belum tertarik punya facebook, situs jejaring sosial yang banyak lagi booming dan jadi primadona bahkan kaum ibu ibu.
Eitsss…ini dia nih musuh lama….aku malas meladeni cowok oriental satu ini.
Tapi jujur dia satu satunya, pemberi komen setia di blog aku.
Entah mengapa dia begitu setia menanggapi setiap hal apapun yang aku tulis di buku harian mayaku itu.
www.singlehappy.blogspot.com
tulisanku yang kemarin….
Berisikan tentang kekesalanku pada seorang laki laki yang tega mempermainkan kekasihnya, padahal kekasihnya itu sudah banyak berkorban termasuk secara materi.
Aku bilang cowok itu benar benar gak punya hati dan ceweknya bodoh karena masih tetap setia mendampingi cowok tengil seperti itu.
Eh..dia malah menuduh aku sirik karena tidak pernah tahu rasanya mencintai orang lain.
Prince_Charming : Hi Mey..?
Study_Prayer : Apa, mo ngajak berantem lagi?
Prince_Charming : Galak amat, kan bebas ngasih pendapat?. Kalau gak mau dikritik jangan jadi penulis dong, dasar..!”
Aku membalas mulai geram “ Eh, jangan sembarangan ya?”
Dia menjawab “Eh, jangan marah dong!. Fakta nih, masa kamu mau larang orang untuk setia?, siapa tahu dengan kesetiaan dia cowoknya bisa sadar dan berubah jadi lebih baik?”
“Tidak mungkin, hanya orang orang yang tidak punya pikiran panjang yang mau setia tanpa alasan yang jelas. Cowok diluar sana masih banyak yang baik kalau dia mau nunggu?”
“Oh ya?” dia membalas dengan nada sinis. “Bukannya diblog kamu beberapa hari yang lalu kamu bilang laki laki itu tidak ada yang baik?, semua hanya mengejar seks?”
“Enggak semua juga!” Aku setengah membela diri sembari sedikit melamun. Aku teringat tiga orang adik lelakiku yang aku yakin masih cukup konservatif untuk urusan pacaran.
“Kamu masih perawan Mey?”
“Setan lo…!” Aku memakinya kasar. Gak sopan banget nih cowok.
“Gak usah muna deh, zaman sekarang udah biasa lagi..!”
Hmmm…aku terdiam sambil memutar otak bagaimana caranya menjawab pertanyaan konyol cowok ini tanpa terlihat emosi atau terlihat seperti orang bodoh.
Duhhh…mendadak otakku rasanya beku, lelet gak bisa diajak kompromi.
“Kenapa emangnya?” meski dalam hati aku sudah mendidih.
“Nanya doang!”
“Mang siapa kamu?, pacar bukan, kenal juga kagak..!”
“Jawab aza, lagian udah biasa lagi Mey, gak usah malu malu!”
Aku tidak mau menjawab pertanyaannya tersebut, bukan apa apa….aku tidak ingin terjebak dalam situasi yang konyol.
Kalau aku bilang iya barangkali dia tidak akan percaya dan kalau aku bilang tidak juga bisa saja dia jadi punya niat jelek.
“Aku kenal kamu kok..!” dia dengan nada santai
“Haahhh..!!” Giliran aku yang kaget.
“Iya kenal banget malah, kamu cewek yang paling menyebalkan, sok cool, suka menulis tentang hal hal yang berbau menjaga kekudusan. Masa sih kamu gak pernah tergoda?, dikit dikit gitu?”
Aku mulai gerah “Kenapa ya cowok diotaknya selalu yang tersisa hanya pikiran yang subjektif tentang cewek?. Mungkin dari dunia yang kamu jalani skrg gak banyak cewek benar yang kamu kenal?, tapi aku banyak kenal cewek baik baik. Yang punya prinsip dalam menjaga kekudusan..!”
“Maaf neng, segitu aja marah!”
“Kamu siapa sebenarnya!” Aku mulai penasaran.
“Besok kamu tunggu aku di Ice cream cone di carrefour, ntar gue bakalan nyamperin lo..!” dengan tanpa permisi menutup ymnya.
“Dasar..!” wajahku memerah.
“Key memandang wajahku dengan ekspresi lucu, “Napa?” aku menatap dia jutek.
“Galak amat..!” Key tak bisa menahan tawa.
“Ini nih Key, ada cowok yang selalu kasih komen diblog aku, tapi komennya selalu mancing reaksi emosi, jadi naik nih hormon adrenalinku..!”
“Cieee…adrenalin nih ye?, dasar penulis. Ketinggian bahasanya..!” Goda Keyra.
“Ihh..!” tapi aku tak sejutek tadi.
“Makanya jangan marah marah dong, ntar mukanya tua sebelah..!” tak urung aku tersenyum masam, Kakakku suka menggunakan istilah itu kalau Ruth keponakanku yang masih berumur empat tahun emosi emosi labil gitu.
Tapi apa iya aku akan samperin cowok itu?
Bukannya itu kurang kerjaan namanya?, dicuekin aja deh.

Aku tidak tahu mengapa aku tiba tiba berada ditempat ini, sofa hitam yang cukup empuk tak kuasa mengurangi kegundahanku.
Entah karena apa….
Weww…ada seorang cowok menuju ke tempatku, tapi….wajahnya familiar…dia itu?.
Chie Huat kan?, asli sosok menyebalkan itu membuat hawa disekelilingku terasa sangat panas.
Benar…dia menuju ke arahku..
Makhluk itu tersenyum kalem, aku hanya terdiam beku.
“Bisa ya kamu ada disini?” aku dengan nada jutek.
“Nggak berubah juga kamu, udah hampir setahun gak ketemuan…masih suka jutek aja..!” wajahnya tampak innocent.
Aku memang agak temperamental dalam menghadapi orang orang tertentu, bukan apa apa….aku sering bersilang pendapat dengan dia waktu masih satu kerjaan dikantor yang lama.
Dulu kami satu team di sebuah perusahaan advertising, dia jadi bosku sebagai creative director sementara aku sebagai copywriter alias penulis naskah untuk iklan.
Aku merasa dia sering membatasi kreativitasku dalam berkarya, jujur…dia orangnya smart tapi mungkin karena dia sangat memahami potensinya itu jadinya terkesan egois dan perfeksionis.
Dion nama Indonesianya, kalau nama orientalnya Chie Huat. Asli ganteng banget kalau tidak menilik kelakuannya yang kaku dan menyebalkan.
Tapi sikapnya….fiuuuuh…sok arogannya jadi bikin disampingnya ibarat menginjak bara api, semua yang kita kerjakan salah dimatanya dan pada umumnya memang selalu ide cemerlangnya yang terpakai.
“Kamu?” otakku langsung “klik” dengan kehadiran cowok satu ini.
“Yap…gue, kenapa?. Gue gak nyaman dengan isi blog lo setiap hari!, kesannya lo benci cowok banget dan dimata lo semua cowok itu bejat..!”
“Hmm…masa?, bukannya bener?”
“Lo pernah disakitin cowok?, mana mungkin?. Cewek jutek kayak lo mana mungkin ada yang berani nyakitin?, galaknya aja masih kalah singa betina..!” dengan nada santai.
“Kamu jangan sembarangan ya?” aku kehabisan kata kata.
“Beneran, di kantor mana ada cowok yang berani sama lo?, galak minta ampun?” aku melotot tak terima dengan pernyataannya.
“Pernah patah hati ya?, karena orang biasanya orang patah hati yang suka menutup diri. Gak jelas….kayak gak punya prinsip aja, memangnya di dunia ini hanya ada satu cowok aja ya?” Dion nyerocos sok tahu.
“Kamu jangan sok tau ya?” wajahku memerah.
“Beneran non, tuh makin keliatan aja…sama siapa..si Ferdi..Ferdi itu ya?” wajahnya tampak innocent.
Busyet…dia kok bisa tau sampe sejauh itu?.
“Tau darimana kamu?” aku masih berusaha galak berusaha menutupi kegalauan hatiku.
“Aku pembaca setia blog kamu, dan mungkin aku adalah satu satunya..!”
Aku samasekali tak menyangka kalau semua yang tercurah di blog akan berinteraksi dengan dunia luar, karena aku menulis di blog karena aku malas punya diary, dan menurut aku menulis di blog lebih punya taste….daripada curhat sama orang lain yang belum tentu ngerti dengan apa yang kita rasakan menurutku itu lebih…tasteless..!.
Aku hanya sekedar mencurahkan perasaanku karena menurutku blog tidak akan pernah menuntut atau menyalahkan atas apapun yang kucurhatkan, beda kalau aku curhat sama teman atau sahabat..kadang kadang reaksinya tak selalu seperti yang kumau.
Oh ya….
Ferdi itu cinta pertamaku, 8 tahun yang lalu di Yogyakarta….
He is the one and still the one….
Pertama kali aku jatuh cinta dengan mata elangnya waktu dia main musik di sebuah gereja.
Usut punya usut, ternyata cowok blasteran jawa manado itu ternyata kuliah di jurusan musik salah satu universitas kristen di Godean, Yogya.
Waktu itu aku aktif bekerja disebuah Yayasan yang mengurusi wanita wanita yang punya masalah dalam menjaga kekudusan alias hamil diluar nikah.
Jadi teringat lagi sama makhluk manis dalam bis…upss..bukan, itu kan Lupus?, kalau cowok bermata elang itu?...makhluk manis dalam Gereja..
Yapp…karena aku memang selalu ketemu dia pada saat kebaktian.
Gak terasa aja udah delapan tahun berlalu, my cool princess….
Dia gak pernah nyadar ada cewek yang memujanya sebegitu lama….sampai delapan tahun.
Kami sempat dekat meski tak sampai pacaran.
Hanya pada tahap menjelang “status” itu, bermula dari tulisanku di majalah dinding sekretariat..
Trus dia kasih komen lewat sms, aku happy setengah mati….bahagiaaaaaa rasanya.
“Tulisan kamu menarik..!”. entah apa yang membuat sosok sedingin dia tergugah tapi kemudian aku nekad menemuinya di studionya.
“Makasih..!” hanya itu yang sempat terucap, wajahku memerah tak bisa mengatur debaran nafasku yang tiba tiba rasanya ingin melayang dari tempatnya.
Wajahnya begitu dekat….kalem….aku hampir pingsan rasanya…
Duh…begini ya rasanya kalau lagi jatuh cinta?.
Dia hanya terdiam kaku, “Kesini hanya mau bilang itu?”
“Emm…aku sekalian lewat, trus inget kalau studio kamu dekat sini..!”
“Oh ya?” nadanya sedikit bertanya…
Ampunnnn…jangan sampai dia tau Mey kalau kamu ngarang, alasan klasik saat terbentur pertanyaan tiba tiba itu.
“Beneran..” wajahku kupasang selugu mungkin.
“Mau masuk?” wajahnya berubah ramah, aku belum pernah melihatnya seramah itu sebelumnya.
“Mey yang di Nurani ya?”
Aku mengangguk kalem, melihat seperangkat alat alat musik dengan pandangan berkeliling.
“Teman teman belum pada ngumpul, untung deh kamu main..jadi aku gak kesepian!”
Tersenyum…iiih…cakep…..
Aku seperti mendapat kado spesial hari ini, menemukan sosok dingin itu satu paket dengan keramahan dan senyumnya…
Beda dengan yang biasa kulihat didepan altar saat dia main musik, atau dia cool hanya pada saat main musik aja ya?.
Aku memandangi wajahnya dengan berbinar.
Aku melihat teman temannya mulai berdatangan, aku merasa tidak nyaman.
“Eh, Fer..aku balik dulu ya?” beranjak pergi.
Ferdi hanya mengangguk kalem, aku menuju ke arah ringroad mencari angkutan.
“Mey?” Ferdi menyusulku.
“Iya?”
“Lain kali mau jalan gak?, ada yang ingin aku tunjukkan ke kamu..!”
Oh my God..?, dia ngajak aku jalan..wow….ini namanya dream comes true…
Sepanjang jalan aku senyum senyum sendiri/

“Mey, aku bete sendirian dirumah?, mau jalan bareng aku gak?” sebuah sms nyasar.
Iihh…pede banget….sosok menyebalkan itu…ngapain dia ngajak ketemuan?.
“Ngga..” aku to the point.
“Serius gak mau case?” aku langsung semangat.
“Boleh..!” wajahku kontan bersemangat.
Dion tersenyum ramah seraya menyapaku, “Hai, penulis..!”
“Jangan ngeledek, buruan..katanya ada case..!” aku to the point.
“Dasar mata duitan, ntar aja bicara case. Aku lagi bete dirumah, kangen berantem ma kamu..!”
“Ngertilah pak creative director, anak buah kamu kan banyak?. Tinggal telepon suruh ngerjain pekerjaan kamu..!” aku meledek.
“Memangnya selama ini aku seperti itu?”
“Mana urus?” aku sok jutek, dia tahu aku hanya pura pura jutek.
“Udahlah Mey, kamu masih sebel ya sama aku?, gara gara dulu aku sering marah marah ke kamu?. Tapi dulu kamu pernah curang kan sama aku, waktu presentasi kamu pake proposal aku..plagiat!” wajahku bersemu merah.
“Tapi kan aku ngaku juga?, habis kalau nggak ditolong sama proposal kamu waktu itu?, aku nggak akan bisa bertahan disana?”
“Iya, aku ngerti toh kamu juga udah minta maaf waktu itu, tapi kan akhirnya kamu keluar juga Mey?. Padahal kalau kamu sedikit lebih berani berimprovisasi kamu sebenarnya keren juga.
Gak perlu nyuri ide segala…kamu hanya kurang berani saja!”
Tumben nih anak bijak…biasanya suka mencari cari celah dari aku untuk dibuat salah.
“Mau aku ajak kesuatu tempat?” aku terkesima dengan kalimat itu/
Ferdi pernah mengatakannya dan itu adalah hari yang paling menyenangkan yang pernah kurasakan dalam hidupku.
Aku seperti kehilangan kata.
Dion mengajakku kesebuah rumah kecil, beberapa orang anak terlihat sibuk namun tetap ceria.
“Mereka itu siapa, Dion?”
“Mereka itu adik adikku?” aku mengernyit penasaran.
“Saudara kandung, Yon?”
“Saudara dalam nasib …!” aku tersentuh mendengar kalimatnya.
“Mereka itu adik adik angkatku Mey, mereka adalah korban dari Gempa Tsunami yang terjadi di aceh beberapa tahun yang lalu. Aku menemukan mereka waktu aku ikut menjadi relawan disebuah yayasan di Medan.
Kamu lihat cewek yang berkulit putih itu, namanya Riska..dia dari keluarga mampu dan sampai sekarangpun dia masih belum mampu menerima kalau kondisi ekonominya sudah berubah..dia beberapa kali masih suka kabur kalau malam ke klub. Tapi aku percaya proses akan membantu dia menjadi lebih dewasa dari yang sekarang?”
“Trus gimana cara kamu mendidiknya, Yon?” aku mulai tertarik.
“Dengan kasih sayang, dalam kondisi jiwanya yang masih labil aku tak tega untuk memarahinya…biarlah waktu yang membuat dia mengerti dan belajar lebih banyak lagi tentang kehidupan”
“Gak bisa gitu dong, Yon!” aku protes.
Masalahnya aku juga orang yang temperamental, menghadapi cewek bandel menurutku ya harus sedikit dikerasin?.
“Kamu anak ke berapa Mey?”
“Pertama..!”
“Anak pertama tapi kok manja?”
Manja?...huh…sejak kapan aku manja?. Kapan Dion melihat aku manja?, aku malah merasa kalau adalah figur yang mandiri dan jarang mengandalkan orang lain.
“Kapan aku manja?” aku merengut/.
“Tuh..dari situ aja kelihatan, kamu tuh keliatan banget lagi anak maminya?. Gak mau mengalah, jutek dan kadang kadang suka main perintah..!”
Wajahku mulai berubah rona. Dion mulai lagi…..
“Mey, aku bilang begini karena aku peduli sama kamu, karena sayang…maksud aku bukan sayang yang lain, sayang sebagai sahabat”.
Aku mengangguk luluh, terus terang baru kali ini aku mengenal Dion sebagai sosok yang berbeda dari yang biasanya kukenal.
Ternyata dibalik sikapnya yang sok arogan dan jaim, hatinya sangat tulus.
Ah…. never jugde book from cover anymore…
Dion memberiku pelajaran yang sangat berharga hari ini.
Hari hari berikutnya aku mulai sering menyambangi tempat Dion yang kini menjadi sahabat baikku.
Bercengkerama dengan anak anak yang polos itu memberikan sesuatu yang damai dihatiku.
Ah…jadi ingin rasanya melakukan sesuatu buat mereka.
Tanpa aku sadari waktu demi waktu aku merasa mulai didewasakan oleh kedekatanku dengan mereka.
Anak anak itu….ternyata ya Tuhan, aku yang selama ini sering mengeluh masih jauh lebih beruntung dibandingkan dengan mereka.
Mereka sering menggoda aku dan Dion yang dikiranya pacaran, tapi aku sama Dion sudah sepakat bahwa kita tidak akan merusak persahabatan kita dengan komitmen seperti itu.
“Kak Mey sudah punya pacar..!” begitu selalu Dion berkelit begitu anak anaknya mulai menggodaku.
Wajah imut mereka terlihat menggemaskan, aduuh…jadi pengen nyubit kadang kadang…hehe
“Dion, aku kagum sama kamu. Kamu hebat sekali..!” aku memuji Dion tulus sambil membantu merapikan meja meja tempat anak anak itu belajar.
“Aku ingin seperti kamu, Yon”
Ya…aku juga ingin seperti Dion, bisa melakukan sesuatu yang berarti untuk anak anak tak mampu itu.
Namun apa yang bisa kulakukan dan bagaimana harus memulainya?
Diam diam aku mengamati bagaimana Dion mendidik adik adiknya, dan sungguh…aku hampir meneteskan airmata melihat kesabarannya membimbing anak anak itu.
Dion yang kalau di kantor sangat arogan ternyata begitu lembut dan penuh kasih kalau menghadapi anak anak itu.
Aku mendekati Dion seusai dia mengajari adik adiknya .
“Yon, kamu pernah gak sih bosan dengan mereka?”
“Enggak Mey, aku sangat mencintai mereka. Mereka adalah jantung hatiku!” ada yang berdetak keras dijantungku, rasa cinta yang dalam yang tiba tiba kurasakan pada anak anak itu.
“Pernah gak sih kamu mengalami kesulitan menghadapi tingkah laku mereka?”
“Emm..sejauh ini belum, bahkan Riska yang paling bandelpun masih bisa kuatasi. Tapi aku gak akan pernah lupa akan satu kejadian dalam hidupku. Damai, adik yang paling kecil pernah sakit DBD, kami bawa ke dokter dan akhirnya diopname..aku gak ada uang, Cuma ada recehan…buatku waktu itu yang penting Damai selamat aja dulu, dia diopname selama empat hari, setelah trombositnya naik sama dokter dia udah bisa pulang.
Tapi kami gak mampu nebus yang ternyata biayanya jauh lebih mahal dari yang kami kira…akhirnya dengan sangat nekad aku mencuri perhiasan ibuku, dan kamu tahu?, sebulan setelah kejadian itu ibuku meninggal dan aku belum sempat mengembalikannya..!” tangisnya tertahan.
Aku memeluk Dion ikut terharu, lupa kalau dia adalah seorang laki laki.
Aku juga meneteskan airmata.
“Kalau nanti aku gak disini Mey?, kamu mau gak jagain mereka?”
Aku terhenyak kaget.
“Memangnya kamu mau kemana Dion?”
“Aku mau ke Australia, Mey..Cuma sebentar. Gak sampe tiga tahun..!”
“Ngapain?” tapi nada suaraku jelas sekali panik. Aku sendiri tidak tahu kenapa…..
Dion menangkap perubahan nada suaraku. “Jangan gitu dong Mey, kayak aku udah mau mati aja…!!!” setengah bercanda.
“Yon…”
“Kalau kamu pergi aku bakalan kangen, aku gak akan ketemu orang seperti kamu lagi..!” aku serius.
Dion menghela nafas panjang, “Kamu tau gak, kalau almarhum mamaku sempat dengar kalimatmu barusan dia bakal geleng geleng kepala, dia selalu takjub dengan anak muda jaman sekarang yang begitu luwes mengutarakan perasaannya, kalau aku gak kenal kamu aku bakalan geer Mey!”
Aku tersenyum kalem “ Yeee…mangnya aku ngomong apa barusan?, aku gak akan pernah lagi ketemu sama orang yang sepeduli kamu sama orang lain seperti ini. Ah…Tuhan kok tega ya membiarkan kita ketemu cuma sebentar!”
Dion tersenyum kalem, “Pokoknya aku titip anak anak sama kamu Mey, kalau ada apa apa dengan mereka kamu harus bertanggung jawab dengan aku..” nada suara Dion serius.
“Kamu beneran mau pergi Yon!” tiba tiba aku merasa ada sesuatu yang hampa dihatiku. Selama ini Dion sudah jadi sahabat sejatiku satu satunya, saat aku butuh orang untuk bersandar, ke bahu Dionlah aku berlari.
Aku belum pernah menemukan sahabat terbaik yang bisa melewati suka duka bersama seperti persahabatan aku dan Dion.
Sebuah persahabatan yang agung karena memang benar benar didasari oleh rasa yang murni tanpa ada perasaan lain yang bercampur layaknya dua orang yang berlainan jenis.
Tak ada cinta, namun kekuatan persahabatan kami aku percaya melebihi ikatan pasangan manapun.
“Dion..!” Aku mulai menangis.
“Bagaimana aku menjaga mereka sedangkan aku juga butuh dijaga, kenapa kamu harus pergi disaat aku mulai membutuhkan kamu..?” aku sesunggukan jadinya.
Samasekali tak rela Dion pergi…
Aku menutup wajahku dengan kedua belah tanganku, dengan apa aku akan menjalani hari hariku tanpa kehadiran sahabatku ini?, satu satunya orang yang benar benar hadir dalam hidupku setelah selama ini aku melewati banyak hari dengan kesepian.
“Hei, nona jutek, kemana nih garangnya, kok udah melempem aja..!” Dion masih berusaha mencairkan suasana.
“Dion, inget gak?, dulu aku benci banget sama kamu..kamu ingat gak dulu kamu sering sok jaim, tapi sekaligus juga playboy..gak bisa lihat cewek cakep dikit aja, suka bicara porno, suka nanya yang aneh aneh…ternyata setelah kenal dengan kamu aslinya nggak seperti itu, kamu baik, tulus dan aku bahkan gak pernah nyangka kamu punya anak anak ini..dan kamu sayang sekali sama mereka..!”
“Mey, aku gak sempurna. Aku memang bukan laki laki baik baik…aku tidak percaya cinta antara laki laki dan perempuan. Aku sudah beberapa kali mencoba menjalin hubungan serius, tapi pada akhirnya aku hanya selalu patah hati. Mereka memilih aku karena apa yang aku miliki, karena aku seorang creative director yang mereka anggap sukses..karena itulah aku nasehati kamu juga, jangan percaya sepenuhnya dengan laki laki, susah menemukan yang benar benar tulus. Tapi aku percaya akan persahabatan yang tulus seperti yang aku punya dengan kamu dan anak anak ini, kamu dan merekalah yang membuat warna dalam hidupku…karena itulah aku tidak akan pernah jatuh cinta dengan kamu, karena aku nggak mau kehilangan kamu suatu saat..!” airmataku makin berlinang.
“Makasih ya?”
Aku kembali kerumah kontrakan masih dengan perasaan nelangsa, rasanya airmataku tidak mampu kutahan..rasa hatiku remuk melebihi orang yang sedang patah hati.
Ada sesuatu yang membuat aku tegar semenjak persahabatanku dengan Dion terjalin. Aku tidak pernah bercerita sesuatu padanya tentang apa yang aku alami, karena tanpa bercerita pada Dion aku sudah merasa bahwa Dion adalah obat yang mujarab yang kupunya.
Dion mampu membuat aku melupakan rasa sakit yang kupunya, rasa sakit yang kupendam sendirian selama bertahun tahun.
Rasanya airmataku masih ingin tumpah,,
“Dion, kalau kamu pergi aku sama siapa?, siapa yang akan membuat aku tertawa lagi?”
Kejadian itu sembilan tahun yang lalu, saat aku masih menginjakkan kaki dibangku persiapan di sebuah universitas negeri di Medan.
Aku harus menyelesaikan jurnal untuk praktikum dasar botani di fakultas pertanian..
Tiba tiba taksi berlari kencang seolah berpacu dengan waktu yang masih sangat pagi…
Aku terkapar tak sadarkan diri dan dilarikan ke rumah sakit.
Hanya dua hari aku di rumah sakit setelah itu aku istirahat selama beberapa hari kemudian…
Banyak hal yang tak kupahami saat itu, dan aku merasa sangat kesepian.
Aku memutuskan meninggalkan bangku kuliah hingga aku akhirnya terdampar di kota kecil bernama Yogyakarta.
Kota manis yang akhirnya menjejakkan sejarah dalam hidupku yang tak bisa tergantikan hingga kini….
Kota yang pertama mengenalkan aku dengan kehidupan yang aku pikir hanya ada dalam dunia sinetron.
Pertemuanku dengan Ines, Fara, Rere dan Indah alias achy alias esty, aku tidak tahu siapa nama asli mereka satu persatu…
Orang orang yang membuat aku tak berani menganggap rendah para penjaja cinta, karena ternyata mereka punya alasan masing masing.
Pertamakali kenal dengan Ines, cantik, modis, sayangnya dia sudah mengambil jalan yang salah dan melompat dari koridor itu.
Aku mengenalnya didunia maya, dia sering online disebuah warnet didaerah jalan Magelang.
Pertama kali aku penasaran dengan nicknya yang agak vulgar, tadinya aku pikir dia pria yang menyamar jadi cewek.
Tapi setiap aku online aku selalu melihat nick yang sama, hingga akhirnya menggelitik tanyaku….
Aku pake nick Angelfire^Girl, tapi dia tidak pernah merespon sapaanku…
Oh ya…mungkin dia akan berubah fikiran kalau aku menyamar jadi cowok.
Aku menyamar…
Verry-Jogja : Hai, boleh kenalan gak?
Dengan cepat diresponnya, “Kamu bisa bantu aku nggak, aku lagi butuh uang?”
Aku tergelitik…
“Kamu butuh uang buat apa?”
“Aku sudah diwarnet sehari semalam, aku tidak bisa bayar chatting..billnya sudah sampe 60 ribu!” jawaban dari sana seperti menyiratkan nada panik.
Aku terhenyak kaget….”Busyet…..betah amat sehari semalam diwarnet!” dalam hatiku.
Aku hanya punya uang 30 ribu ditangan.
Dengan rasa prihatin aku mencoba menuju kearahnya, Ines…gadis itu cantik sekali. Rambut sebahunya berkilau terawat dan wajah putihnya lebih cantik dari Leony..
Ah..sayang sekali gadis semanis ini harus melompat dari jendela itu….
“Kamu Ines?” Aku mencoba bersahabat.
“Kamu siapa?” wajahnya penuh tanda tanya.
“Sorry tadi aku chatting sama kamu, aku nyamar jadi cowok..!”
Pertanyaan diwajah Ines terjawab.
“Maaf, jadi merepotkan!”
“Tidak apa apa..tapi aku Cuma punya 30 ribu..!” aku merasa sedikit bersalah.
“Nggak apa apa, tadi udah ada yang datang kok ngasih 50 ribu. Tapi kami ngedate malam ini..!” wajahnya terlihat tak ada beban.
“Kamu hanya perlu bantu aku 1o ribu..!”
Setelah membayar chatting Ines kami berjalan menuju angkringan terdekat sambil mengulik pribadinya lebih dekat lagi.
Aku memesan bubur kacang ijo dan Ines memesan es teh manis.
“Sejak kapan kamu kerja seperti ini?”
“Aku sudah begini dari SMP. Papaku sebenarnya orang kaya, kontraktor..tapi aku hidup bebas”.
Dengan entengnya.
Aku terkesima sejenak, di Medan aku hidup sekian tahun aku belum pernah sama sekali menemukan sisi kehidupan yang seperti ini yang kubayangkan hanya ada di sinetron sinetron.
“Kamu tau gak?, Di Medan aku belum pernah lho ketemu komunitas yang kayak gini..” ucapku polos.
“Ah masa?”
“Beneran”
“Kamu anak mami kali ya, udah punya cowok?” Ines menyelidiki yang belakangan aku baru tahu kalau ternyata umurnya baru 16 tahun.
“Nggak”
“Ya karena kamu belum kenal cowok aja, ntar juga kamu rasakan sendiri” katanya pede.
Itulah perkenalan singkatku dengan sosok cantik itu, hingga akhirnya ia mengenalkan aku dengan teman teman se”profesi”nya itu.
Suatu malam tiba tiba aku merasa ada sesuatu yang menyiksa dikepalaku saat aku bermain kerumah mereka, Ines, Fara dan Echy.
Sakit dan menyiksa…
Mereka dengan tulus membawaku kerumah sakit dan membiayai biaya opnameku selama dirumah sakit.
Ah…aku sangat terharu karena dibalik “dosa” mereka tersembunyi hati yang dibalut ketulusan yang luar biasa.
Dokter mengatakan ada yang rusak dijaringan syaraf kepalaku, aku sering merasakan sakit dan pingsan tiba tiba apalagi kalau hujan datang.
Dan merekalah yang selalu ada membantuku melewati kesakitan itu.
Hingga bertahun tahun lamanya aku merasakan sakit yang menyiksa.
Dan aku menyimpannya dari semua keluarga, aku berjalan sendirian.
Dan Rere juga menyimpan kisahnya tersendiri, gadis manis berambut shaggy itu kisahnya paling pilu.
Dia nekad menjadi penjaja cinta karena butuh biaya untuk mengobati penyakit kanker yang sudah menggerogoti tubuhnya.
Ah…tidak adakah pria yang tergugah setelah mendengar kisah hidupnya?, mengapa mereka mengizinkan gadis semalang itu harus membagi kehormatannya demi sesuatu yang akan membuatnya tetap bertahan hidup…
Mengapa Rere tak diberi kesempatan untuk menjadi gadis yang tak harus melewati lembah itu?..
Kadang aku sering tak habis pikir..
Dimana Tuhan ketika itu?????
Yang aku ingat, Rere sering menangis menyesali keadaan. Namun dia gak punya pilihan.
Dan hidup mereka, mau tak mau harus memandang pria dari sisi yang berbeda.
Akhirnya Dion berangkat juga, aku merasakan kembali sakit itu. Sakit yang menyiksa dikepalaku yang sudah hampir setengah tahun tidak pernah lagi kualami semenjak aku bersahabat dengan Dion.
Setelah Dion terbang menuju impiannya ke negeri kangguru, Aku kembali merasakan sesuatu yang menyiksa dikepalaku..tubuhku mendadak dingin dan lemas.
Aku terjatuh dan pingsan didepan bandara Polonia…
Orang orang hanya berlalu lalang dan tak ada yang menolongku…
“Tuhan, ini gak adil. Kenapa Tuhan hanya mengirimkan satu orang untuk jadi sahabatku?”.
Setelah aku merasa sedikit pulih dengan wajah menahan malu aku memanggil becak “ Padang bulan berapa?”
“15 ribu..” katanya tanpa ekspresi.
Sekali lagi aku merasa pilu.
Dion mengirimkan beberapa photo via email, dan mengajak aku ngobrol di ym. Aku merasa sedikit bergairah.
Setidaknya kami masih bisa bertemu lewat dunia maya.
“Dion, aku kesepian gak ada kamu..!”
“Mey, aku rasa mungkin aku salah…kemarin itu omonganku ngelantur. Tiba tiba aku jadi inget kamu, aku ngerasa kamu pantes dapet pendamping terbaik yang bisa jagain kamu”
Aku tersinggung, dan tiba tiba merasa sangat rapuh mendengar kalimat Dion.
“Cewek seperti aku apa maksud kamu?”
Aku mematikan ym dengan kesal.
Rasanya ingin menangis tapi tiba tiba aku merasa jauh lebih kuat.
“Nggak, Mey..kamu bisa sendirian..”aku meyakinkan hatiku

Aku merasa nelangsa, beberapa tulisanku di media massa ditolak, padahal biasanya karyaku dengan mulus diterima oleh mereka tanpa proses editing.
Apanya yang salah..?, aku merasa sudah menulis dengan maksimal.
Atau apa ini ada kaitannya dengan suasana hatiku yang tak terkendali..jadinya hasil akhir dari tulisanku tidak maksimal.
Ada apa dengan kamu, Mey?
Aku kangen dengan pembaca blog pribadiku itu?, sosok yang membuat aku jatuh cinta dengan dunia anak anak yang terpinggirkan..Ah..Dion..kamu kapan pulang?.
Sudah tiga bulan semenjak Dion ke Australia, blog blogku kesepian minta dikomentari…
Aku jadi malas menulis di blog.
Tiba tiba aku kepikiran ucapan Dion, mungkin aku memang butuh pasangan.
Selama ini aku sudah begitu banyak melewati hari hariku dengan sendirian, kerja dan kerja terus.
Tapi gimana caranya?, aku bukan sosok yang mudah membuat cowok memalingkan wajahnya untuk memandangi aku.
Ah…andai saja aku punya wajah seteduh wajah Keyra.
Untuk pertama kalinya aku merasa menyesal punya wajah standar, tak ada yang bisa dibanggakan.
Hufff……..aku bosan menulis blog, rasanya aku jadi ingin mencuci mata..
Aku kangen ke Starbucks, sudah lama gak kesana.
Ah…aku sebenarnya bukan penyuka kopi fanatik namun ada sesuatu yang membuat aku dulu jatuh cinta dengan Starbuck.
Kisah hidup pemiliknya yang pernah ku tonton disebuah TV swasta, dimana saat membuka usaha coffelatte itu dia sangat memikirkan kesejahteraan para karyawannya hingga membuatkan mereka asuransi kesehatan disamping gaji dan bonus yang sangat besar, juga menjadikan karyawannya sebagai teman.
Mungkin karena aku juga bahagian dari dunia asuransi hingga merasakan adanya keterikatan emosional?.
Namun pada akhirnya yang membuat aku addicted adalah kopinya yang memang…numero uno…jempol…ueenak tenan.
Aku jadi addicted coffe mania.
Tapi hanya berlaku untuk Starbucks.
Aku memilih tempat di sudut sekalian bisa cuci mata, sesosok wajah tampan langsung mencuri pandanganku…
Sayang bule…not my type…
Tapi dia mendekatiku “May I accompany you?”
Aku sedikit grogi, gimana jawabnya ya..bahasa inggrisku pas pasan.
“Sure,,!”
Dua meletakkan tas ranselnya yang lumayan besar dipangkuan seraya mengeluarkan handycam.
Dengan pedenya mengarahkan kewajahku, aku terkejut dan wajahku merona….apa apaan ini?
“Hei..what’s up. Don’t do that, please!” aku melotot.
“you don’t have to be ashamed, you have very exotic and beautiful face..!” si bule tersenyum.
“Don’t tease me..!” Aku berlalu membiarkan dia melongo.
Dasar bule…bikin malu saja.
Aku membiarkan dia terbengong sendirian.

#kisah ini tentang seorang sahabat lama, pernah jadi musuh bebuyutan, pernah lost kontak, pernah menghilang..dan sekarang jadi kekasih..David Sugianto a.k.a Dionisius Ignatius

Jumat, 08 Februari 2013

KISS ON THE RAIN



By : Meyrist Situngkir

“Kamu udah makan belum?”, nada suaraku berusaha menunjukkan ketegaran, lelaki itu pasti sedang terbaring rapuh disana.
“Udah, ini masih banyak kerjaan..”, suaranya terdengar innocent. Padahal aku tahu dia sedang berbohong, dia tidak sedang bekerja. Dia sedang terbaring lemah di sebuah rumah sakit di Victoria, Melbourne.
Alangkah jauhnya jarak itu, coba David di Jakarta. Mungkin aku bisa punya banyak waktu untuk lebih memperhatikannya. Lelaki kurus itu, aku mengusap airmataku yang sudah menetes pelahan lahan.
Dalam hati aku ingin memaki “, Kenapa harus bohong sih, Vid?, kenapa ngga jujur dari awal kalau kamu sakit separah ini?”.
Pantas aku tak bisa membencinya.
Komunikasiku terakhir dengannya tepat tanggal 16 januari kemarin, masih masa masa tahun baru.
Dia mengaku selalu sibuk dan minta dimengerti bahwa bisnisnya sedang butuh prioritas khusus.
Berkali kali aku sms tak pernah dibalas, hingga satu waktu aku pernah nekad nelpon jam satu malam, di Australia mungkin sekitar jam 4 pagi, dia tidak membalas namun hanya menjawab singkat lewat sms “Call back again, am busy right now..”.
Dalam hatiku sedikit tersinggung, sibuk apa jam 4 pagi?, orang dugem juga udah pulang kali jam segitu..
Benar benar David yang tidak biasa kukenal, punya kekasih lain?, mungkinkah….
Aku memilih tidak memikirkannya, bagaimanapun aku masih punya banyak kerja yang harus diprioritaskan, setidaknya berusaha untuk tidak memikirkan lelaki keturunan tionghoa itu.
Ym nya selalu aktif namun tidak pernah sekalipun menyapaku, seperti biasa dengan kata kata yang manis. Teleponnya juga berhenti  dengan sendirinya.
Ah…ngapain juga mikirin dia, kadang sekilas hatiku berusaha kuat. “Ingat, kalau dia tidak memikirkanmu samasekali, jangan pikirkan dia. Jangan habiskan waktumu untuk hal hal yang tidak “berguna”. Kata kata “tidak berguna” agak kutekankan dalam hatiku.
Teringat kejadian dua minggu yang lalu, apa kejadian itu yang membuat David menjaga jarak padaku?. Waktu itu ada temannya yang sedang kesusahan, teman masa kecilnya, karena aku tidak punya uang samasekali aku minta tolong David membantu dia. David tidak menjawab samasekali smsku ataupun mengangkat teleponku.
Aku sudah lupa kapan terakhir kali dia bersikap manis padaku.
Hendrik pasrah “, Mey, jangan minta tolong lagi sama David, ngga enak memang, aku ngerti perasaan orang orang bisnis, apalagi pada saat jatuh seperti aku ini, rasanya pasti nggak nyaman buat dia..”.
Aku kasihan pada lelaki itu, dulunya dia pengusaha terkenal dan kaya raya, karena ditipu rekan bisnisnya hartanya “menghilang” satu persatu. Aku bisa bayangkan bagaimana terpuruknya dia saat memulai bangkit kembali.
Aku baru mengenal Hendrik beberapa bulan kemarin, dua bulan setelah aku menjalin hubungan dengan David..keturunan tionghoa juga, yang sedang berusaha menata kembali hidupnya dan sedang ditinggal kabur oleh sang istri.
Aku masih ingat jelas komitmenku dengan David, bahwa kita akan mempergunakan hidup kita untuk peduli dengan orang lain.
Aku masih merekam jelas moment itu….
Saat itu disebuah kafe di Kelapa gading…..
“Kamu sama siapa sekarang?”
“Ga ada..”, aku terdiam kaku. Masih teringat dengan jelas komitmentku dengannya saat kita menjadi sahabat di Medan. Hubungan ini tidak akan pernah menjadi hubungan sepasang kekasih…
Hubungan yang akan menjadi sahabat murni sampai tua, kalau perlu sampai ajal menjemput.
David baru pulang dari Australia kala itu, makin kurus dan kelihatan makin macho dengan kumis tipisnya.
Diam diam jantungku berdebar kencang, tapi ah..tidak boleh…
“Kan sudah sepakat jadi sahabat dari dulunya”.
“Mey?”, David menatap mataku
“Iya.”, aku mulai grogi, takut lelaki ini bisa membaca hatiku.
“Kamu benar benar sendirikan sekarang?”.
“Apaan..”, suaraku makin grogi, duhhh..berasa jadi ABG lagi
“Kamu mau godain aku lagi?, playboymu makin menjadi yah semenjak di Australia?”, aku belum lupa bagaimana dulu cowok ini selalu gampang luluh melihat “cewek bening”.
“Nggak, serius..waktu di Ausi aku sering mikirin kamu, mengingat betapa uniknya kamu, galak banget tapi punya hati yang tulus kalau udah peduli sama orang, ditambah masih virgin kan?, hahaha”, suaranya membahana.
“Dasar, sok tau..”, wajahku memerah.
“Taulah, cowok mana gitu yang berani sama kamu, masih kan?”. Suaranya menggoda.
Hampir kupukul dia dengan sendok garpu ditanganku kalau saja tidak ingat ini tempat ramai. Masih David yang dulu..
“Nggak, kata siapa?”, aku balas menggoda.
“Wah, serius nih, boleh dong?”, godanya semakin nakal.
“Hei serius, bahas topik yang lain aja boleh nggak?, bawa oleh oleh apa dari sana?”. Aku mengalihkan topik sebelum cowok ini makin menjadi jadi..
“Telat nanya oleh oleh, aku sudah dua bulan disini..”, satu yang unik dari cowok ini, dia tidak pernah pakai bahasa “lu” atau “gue” seperti etnis china kebanyakan.
“Iya deh..”
Kembali wajahnya terlihat serius, “Serius Mey, aku nanya..kamu masih sendiri nggak, mau aku kenalin sama temanku?”.
“Emang dijidatku ada tulisan “nggak laku” yah sampe harus dijodoh jodohin..”, wajahku terlihat serius tapi sebenarnya aku hanya sedang bercanda.
“Ya nggak…”, David gelagapan.
“Terus?”.
“Masih sama yah kayak yang dulu?, kayak nggak butuh cowok banget?”, David sedikit serius.
“Eh, kata siapa?, mantanku banyak lagi…”. Aku jujur
“Iya mantanmu banyak, tapi aku tau buat apa buat observasi bahan fiksimu kan?, sumpah ngga ada yang serius kan?”, tebakan David mengena.
“Ayolah Mey, berapa tahun sih kita temenan, aku kenal kamu lahir bathin, alasan kenapa kamu ngga mau nikah sampe umur segini karena kamu terlalu terobsesi jadi penulis, jadi lupa bahwa “relationship” itu penting..”, skak mat…aku benar benar tak berkutik mendengarnya.
“Aku yang ngertiin kamu Mey, dari dulu…cocoknya kamu itu berjodoh sama aku..”. David serius.
“Kamu?, tadi bilangnya mau jodohin, mana yang benar?”, aku mendadak bingung.
David gelagapan “Yaa…ya…maksud aku..”.
“Maksudnya kamu mau isengin aku lagi kan?”, aku mendadak tersinggung dan meninggalkan David sendirian.
Ah..ternyata sekali playboy tetap playboy..
Tiba tiba saja kesedihan terasa sangat mengiris hatiku, diam diam harus kuakui pertemuan malam ini membuatku menyadari aku memang jatuh cinta padanya, aku sangat jatuh cinta padanya.
Tapi jatuh cinta pada David, pemuda kaya lulusan Australia itu jelas langkah yang salah.
Dari dulu aku mengenalnya sebagai bosku, lalu jadi musuh kemudian menjadi sahabat, David memang terkenal sebagai “penakluk”, wajah orientalnya yang memikat ditambah dengan otak cerdas cukup untuk memukau para kaum hawa. Aku masih belum lupa itu.
Beberapa hari kemudian di ym, David memintaku untuk video call, dia masih di Jakarta. Aku menolak dengan mereject berkali kali.
Sebuah message dari David “Please, aku janji tidak akan bahas itu lagi deh..”, aku mengalah.
Aku membuka video call David, rambutnya masih basah terlihat baru mandi.
“Mey, ketemuan yuk, aku kesepian nih..”.
Aku tersenyum melihat raut wajahnya yang memelas.
Akhirnya kupilih ketemuan didekat danau Sunter, dengan alasan lebih dekat kalau balik ke tempat kost.
David tidak rapih seperti biasanya, memakai kaus warna hijau yang kebesaran serta berwarna kusam.
Aku agak geli “,Kok tumben kayak tukang kebun?”, David santai “,Memang habis nyabutin rumput didepan rumah..”, senyumnya manis sekali. Aku sampai terpesona.
“Mey, minggu depan aku udah balik lagi ke Ausi..”. nada suaranya serius.
Mendadak hatiku sedih, rasanya bakal kehilangan sekali
“Iyah..”, hanya itu yang bisa kukatakan.
David menggenggam tanganku, hujan mulai turun rintik rintik. Tapi aku malas berteduh, magnetnya adalah genggaman tangan itu, rasanya tidak ingin melepaskan.
“Kamu suka juga kan sama aku, Mey?”. Aku tidak sanggup mengeluarkan kata kata. Hanya terdiam membisu.
Hujan makin deras, tanpa sadar airmataku juga memanas. David pasti tidak mengetahuinya karena airmataku sudah bercampur dengan hujan.
Tanpa sadar aku memeluknya.
“Mey?”.
“Iya..?”
“Kamu ingat nggak kamu dulu punya cita cita punya rumah kecil, punya taman kecil dengan keluarga yang bahagia?, kita akan mewujudkannya kelak..”. David membisikkannya lembut.
“Vid?”.
“Iya, sayang”.
“Kalau kamu selingkuh, aku bunuh kamu..”, bisikku lembut. David hanya tersenyum “Duh, galaknya kambuh lagi deh..”, tapi mata kami berbicara penuh arti. Dan sejak malam itu kami resmi menjadi sepasang kekasih.
Airmataku menetes mengingat bagian itu, hanya beberapa bulan kami menikmati keindahan dan kebahagiaan itu. David sepulang ke Australia selalu menelponku ke kantor, setiap hari. Kadang aku sampai menegurnya tidak usah terlalu sering menelpon karena biaya telepon yang sangat mahal.
Hingga kemudian David menghilang…..
Dan aku kecewa, David ternyata masih David yang dulu, yang suka menciptakan harapan lalu memupus harapan itu sendiri, harusnya aku tahu itu dari awal.
“Mey, ada khabar dari David?”, Hendrik suka bertanya padaku. Aku kebingungan harus menjawab apa, sms dan teleponku tidak pernah lagi diangkat dan dibalas.
Aku gengsi mengatakan pada Hendrik kalau kami sudah tidak berkomunikasi lagi. Walaupun Hendrik dan David sahabat kental, tapi sebagai sesama lelaki pasti ada hal hal yang saling dirahasiakan.
Tapi kali ini aku merasa perlu jujur..
“David ngga pernah lagi ngangkat teleponku..”.
“Oh ya?”, suara Hendrik dari Cibubur, lelaki itu sempat terpuruk namun kini sudah mulai bangkit lagi dengan bisnis barunya. Aku menemaninya bangkit dari masa masa sulitnya, karena itu hubungan persahabatan kami sangat erat.
“Kamu pernah komunikasi sama David?”, aku berharap ada jawaban yang memuaskan.
“Boro boro Mey, semenjak gw miskin, David kan menghindar, biasalah orang kaya kan suka begitu?”.
“Harusnya David ngga boleh begitu..”, aku sedikit gemas tapi tiba tiba teringat sesuatu, David dulu bukan orang yang seperti itu. David sangat peduli pada orang lain.
Airmataku tertahan, hatiku berontak…David tidak mungkin berubah tiba tiba.
Aku mencoba menelpon David, diangkat..dalam hati aku bersorak..
Tapi…”Mey, nanti aku telpon balik yah, mamanya David lagi di Melbourne, bentar lagi ya sayang?”.
Aku mencoba bijak meski kecewa “,Ya udah, nggak usah telpon kalau lagi sibuk, happy new year yah?”.
Nyatanya dua minggu setelahnya David baru nelpon, itu juga dengan kalimat yang mengejutkan.
“Mey, lagi sibuk?, aku mau ngomong sesuatu yang penting..”.
“Iya Vid..”, sudah dua minggu tidak mendengar suaranya semenjak tahun baru kemarin, rasanya rinduku menyengat.
“Mey, maaf kita tidak bisa bersama lagi, David sudah punya pacar disini..dan disini ada teman David yang sangat baik, namanya Jimmy, dia seumuran David, David ingin menjodohkan kalian berdua, mungkin dialah jodoh Mey, dia bisa ajak Mey tinggal di Melbourne..”, suaranya terdengar innocent.
Aku menangis, rasanya seperti dipukul palu. Sakit sekali..David..memangnya aku ini apa…
Suaraku terisak “Vid, kamu nggak harus seperti ini, kamu kalau mau putusin aku, putusin aja, jangan berfikir seolah olah duniaku akan hancur tanpa kamu..”
“Mey mau atau nggak, kalau ngga mau ngga apa apa, tapi satu hal dia baik dan setia, dia ngga playboy kayak David..”, David masih dengan nada polosnya.
Aku menangis terisak “Nggak usah vid, makasih..nggak papa, jangan pikirkan aku..”.
Aku langsung menelpon Hendrik.
“David jahat banget Hen, dia sudah punya pacar ternyata..”.
“Ya sudah, yang sabar Mey. Mungkin David bukan jodohmu..”.
Aku terduduk lemas dan mereview semuanya, mengingat David yang bisa sampai berkali kali nelpon dalam satu hari, janjinya untuk menemaniku menjelajahi pecinan kota tua pada saat imlek, menemani dan merayakan valentine, ziarah ke makam neneknya di Solo. Semua bullshit..ingin rasanya membencinya.
Dua minggu setelahnya aku sudah mulai bisa menata kembali hidupku walaupun kadang kadang airmataku menetes.
Aku jadi ingin membuktikan pada David, bahwa aku akan menjadi orang yang sukses agar dia tidak akan meremehkanku lagi.
“MyDavid” calling, aku mengangkat.
“Ini Mey yah?”. Suara itu bukan suara David.
“Ini Jimmy, temannya David di Melbourne..”.
“Ada apa Jimmy?,” Firasatku mendadak mengatakan ada sesuatu
“David sebenarnya nggak punya pacar, dia lagi sakit parah..Aku belum bisa cerita apa penyakitnya, tapi sepertinya tidak akan bertahan lama..”. airmataku mendadak tumpah, David..kenapa dia?.
“Banyak hal yang tidak Mey ketahui tentang David Mey, dan mungkin Jimmy juga tidak bisa cerita banyak..nanti kalau ada mukzijat David sembuh, mungkin ada banyak hal yang bisa kalian ceritakan, yang pasti soal penyakit David Jimmy akan kirim khabar via email..”. aku hanya bisa mengangguk sementara airmataku terus menetes.
“Boleh aku bicara dengan David?”, Jimmy meminta izin sebentar pada David,mungkin dengan sedikit diplomasi.
Suara David terdengar bersemangat, tidak seperti orang sakit.
“Vid..?”.
“Iya Mey, gimana sama Jimmy?”. David, aku bisa menangkap getaran suaranya.
“Vid, walaupun kamu sudah punya pacar, boleh nggak aku tetap cinta sama David?”. Aku nekad
“Eeh..”, David gelagapan
“Mey ga mau dengan siapapun , dengan Jimmy atau dengan Justin Bieber sekalipun, Aku mau tunggu David pulang..”, seolah olah aku tidak tahu dengan penyakitnya.
David hanya terdiam, diujung telepon airmataku kembali mengalir.
“Kamu harus sembuh Vid, kamu harus pulang buat ketemu aku..”. dalam hatiku perih.
“Mey, ntar kita telpon telponan ya, David masih banyak kerjaan..”, aku menangkap nada suara yang berbeda getarannya, parau dan seolah menyimpan luka.
“Aku akan berdoa Vid, aku juga akan bekerja keras supaya bisa punya uang kesana, aku akan menemanimu disana, menemanimu hingga sembuh, membangun rumah kecil seperti mimpi kita “,  Janjiku dalam hati.